Apa Arti Manajemen Kinerja yang Efektif?

Manajemen kinerja yang efektif menjadi salah satu cara ampuh untuk menjalankan sebuah usaha atau bisnis agar lebih baik dan berkembang.

Namun, tidak semua perusahaan yang dapat melakukannya karena keterbatasan atau adanya hambatan, terutama dari sumber daya manusia yang dimiliki.

Oleh karena itu, untuk mempraktikkan kinerja manajemen yang lebih efektif, perlu perekrutan sumber daya manusia yang berkualias dan terampil.

Itulah yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan kelas menengah ke atas.

Sementara untuk perusahaan kelas menengah ke bawah, kinerja manajemen dapat dilakukan lebih sederhana dan dengan cara yang mudah.

Dengan begitu, perusahaan dapat berjalan lebih efektif dan berkembang.

Apa Itu Manajemen Kinerja yang Efektif?

Sebuah perusahaan pasti harus ada orang atau sekelompok orang yang bisa mengatur jalannya operasional perusahaan.

Ibaratnya sebuah kendaraan bermotor, manajeman merupakan pengemudinya yang menjalankan dan mengarahkan arah ke mana akan pergi dan berlabuh.

Tugas ini sangat penting dan cukup berat. Oleh karena itu, manajemen biasanya dipegang oleh beberapa orang di sebuah perusahaan.

Orang-orang tersebut berkompeten di bidangnya, sehingga mampu untuk mengambil kebijakan strategis dalam sebuah perusahaan.

Manajemen juga harus bertanggung jawab penuh atas berhasil tidaknya sebuah operasional perusahaan.

Mereka akan dimintai pertanggungjawabannya oleh pemilik perusahaan, yang mungkin tidak terlibat dalam sebuah tugas menajemen.

Sementara itu, dalam kerja sebuah manajemen tidak menutup kemungkinan terjadi salah kaprah yang hanya akan merugikan pihak perusahaan. Artinya, kinerja manajemen tersebut dianggap tidak efektif.

Oleh karena itu, harus ada kebijakan tertentu untuk memperbaiki kinerja manajemen agar lebih efektif.

Lalu, bagaimana cara membuat manajemen kinerja yang efektif?

Cara Membuat Manajemen Kinerja Yang Efektif

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut.

Pertama, perencanaan kerja yang jelas dan terstruktur.

Kerja seperti itu sangat efektif dalam segi waktu apalagi biaya.

Tidak terkecuali untuk kinerja manajemen yang perlu merencanakan kebijakan-kebijakan strategis ke depan seperti apa.

Semua harus terencana dan terstruktur agar komponen-komponen yang terlibat di dalamnya dapat bekerja dengan efektif, tidak memboroskan waktu dan biaya.

Itulah cara kerja yang efektif.

Kedua, sumber daya alam yang berkualitas. Sebuah manajemen yang terdiri atas orang-orang pilihan yang berkualitas.

Namun, jika orang-orang di dalamnya hanya pilihan dari keluarga atau kerabat terdekat yang tidak berkualitas sama sekali, sama saja omong kosong.

Perusahaan yang masih menerapkan nepotisme seperti itu tidak akan bertahan lama karena jajaran di bagian atas diisi oleh orang-orang pilihan yang tidak berkompeten.

Oleh karena itulah, pemilik perusahaan harus berani mengambil langkah cerdas dan bijak agar jajaran manajemen diisi oleh orang-orang pilihan yang benar-benar berkualitas.

Jika ingin perusahaan miliknya maju dan berkembang pesat, tidak ada salahnya mempraktikkan hal tersebut.

Ketiga, belajar dari perusahaan lain. Jangan pernah malu dan takut untuk terus belajar. Selama untuk tujuan yang baik dan benar, silakan untuk belajar.

Demikian juga yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan yang ingin mengubah kinerja manajemennya agar lebih efektif.

Jajaran di manajemen dapat belajar dari perusahaan lain yang lebih maju dan berkembang.

Dengan cara seperti itu, beberapa hal positif yang sangat bermanfaat dapat diadopsi untuk diterapkan demi kemajuan perusahaan.

Manajemen yang efektif sama dengan keuntungan yang berlimpah

Sebuah perusahaan yang dapat melaksanakan manajemen yang efektif dalam operasionalnya, dijamin akan lebih meraup untung dalam berbisnis.

Hal itu dikarenakan manajemen yang berjalan efektif dapat membuat roda perusahaan berjalan dengan lancar.

Dengan begitu, bisnis yang dijalankan juga akan besar dengan semakin meningkatnya konsumen yang membutuhkan produk-produk yang dihasilkan perusahaan tersebut.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan penerbitan buku pelajaran.

Jajaran manajemen di perusahaan tersebut mampu membuat kebijakan bagi seluruh karyawannya agar dapat bekerja dengan lebih efektif.

Selain itu, produk buku pelajaran yang dihasilkan disesuaikan dengan perkembangan kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini.

Akhirnya, produk buku laku keras di pasaran karena sangat diminati oleh konsumen.

Dengan begitu, keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut juga bertambah besar. Itulah salah satu contoh manajemen kinerja yang efektif.

4 Tahapan Sistem Manajemen kinerja

Setiap organisasi bisnis memiliki sistem manajemen kinerja untuk menjaga agar kualitas kerja karyawan sesuai harapan dan tidak mengalami penurunan yang berdampak pada produktivitas perusahaan.

Manajemen kinerja adalah proses sistematis untuk mengelola kinerja karyawan secara efektif dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.

Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan karyawan bekerja secara optimal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan.

Sistem manajemen kinerja merupakan tahapan atau siklus yang berulang dan berkelanjutan, dari mulai perencanaan, evaluasi, hingga pemberian reward.

Ada pun 4 tahapan manajemen kinerja adalah sebagai berikut.

1. Fase planning

Tahap ini dimulai dengan membuat rencana perusahaan yang diarahkan pada sasaran strategis, Key Performance Indicator (KPI), standar kerja, dan aktivitas SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time-oriented).

Prosesnya berlangsung top-down, ditetapkan oleh manajemen perusahaan dan diturunkan ke bawah.

CEO menetapkan tujuan apa saja yang akan dicapai organisasi, yang menyangkut visi jangka panjang dan jangka pendek.

Manajemen juga membuat pedoman tentang rencana perusahaan ke depan dan cara mewujudkan manajemen kinerja efektif.

Selanjutnya, manajer di level bawah menerjemahkan rencana bisnis tersebut ke dalam sasaran kerja, termasuk daftar tugas, target, dan standar kinerja harian.

Rencana ini didistribusikan sesuai peran dan jenis pekerjaan setiap karyawan.

2. Fase ongoing & monitoring

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun sebelumnya dan melibatkan pengawasan.

Tujuan dari monitoring adalah untuk memastikan pelaksanaan tugas-tugas harian di setiap departemen telah sesuai dengan arah sasaran dan tujuan organisasi secara umum.

Dalam tahap ini, manajer di setiap divisi juga wajib memberikan feedback kepada karyawan untuk memperbaiki kekurangan, mengoreksi kesalahan, dan meningkatkan kinerja mereka.

Manajer juga dapat membantu anggota tim dalam memecahkan masalah atau mengatasi hambatan kerja.

Hal penting lainnya yang perlu dilakukan manajer atau supervisor adalah menjaga agar motivasi setiap karyawan tetap tinggi secara berkesinambungan.

3. Fase checking & reviewing

Pada tahap ini dilakukan evaluasi periodik yang melibatkan manajemen perusahaan, HRD, dan setiap manajer di departemen.

Evaluasi ini untuk menilai sejauh mana rencana telah berjalan dan sasaran telah tercapai, apa yang menjadi kendala, dan bagaimana memperbaikinya ke depan.

Review dan evaluasi dibutuhkan manajemen sebagai pertimbangan untuk mengembangkan rencana yang lebih baik, lebih realistis, dan melibatkan kolaborasi seluruh karyawan.

Fase tahapan manajemen kinerja efektif ini juga menilai kinerja karyawan dalam periode tersebut, apakah sesuai dengan target yang ditetapkan, serta pengalaman baru apa yang mereka peroleh.

Karyawan juga dapat menyampaikan keluhan kepada atasannya untuk disampaikan kepada manajemen mengenai kesulitan yang paling menghambat pencapaian target mereka.

4. Fase rewarding

Ini merupakan fase terakhir dari sistem manajemen kinerja, dan siklus berulang lagi dari awal.

Fase ini merupakan pemberian penghargaan untuk setiap karyawan sesuai dengan hasil evaluasi kinerja, yang tujuannya adalah meningkatkan semangat kerja karyawan agar berkinerja lebih baik lagi.

Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk finansial maupun non-finansial.

Penghargaan finansial bisa berupa bonus tahunan yang disesuaikan dengan kinerja masing-masing karyawan, kenaikan gaji, atau insentif.

Sedangkan penghargaan non-finansial berupa promosi jabatan, penambahan cuti, hadiah, dan fasilitas tambahan.