Infomation ruo-shumen Education

Apa Itu Imunisasi DPT dan Pentingnya untuk Kesehatan

Imunisasi DPT penting diberikan kepada anak-anak untuk kesehatan mereka saat ini hingga pada masa mendatang. Namun masih terdapat anak-anak di Indonesia yang belum menerima imunisasi lengkap, bahkan sama sekali tidak pernah diimunisasi sejak lahir. Menurut data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan tahun 2017-2020, ada setidaknya 1,6 juta anak di Indonesia yang belum diimunisasi atau belum lengkap diimunisasi. Akibatnya, mereka rentan sakit lantaran tubuhnya tidak mendapat kekebalan yang bisa diperoleh dari imunisasi. Salah satu imunisasi dasar itu adalah DPT alias difteri, pertusis, tetanus. Tiga penyakit ini sama-sama berisiko menimbulkan kematian. Penyebabnya adalah bakteri. Difteri bahkan sempat mewabah hingga merenggut banyak korban jiwa di setidaknya di 20 provinsi di Indonesia pada 2017. Imunisasi DPT adalah vaksin yang diberikan untuk melindungi anak dari penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini perlu diberikan sebelum anak berusia 1 tahun. Tidak hanya melindungi, vaksin DPT juga dapat mencegah komplikasi yang disebabkan ketiga penyakit tersebut. Penyakit difteri, pertusis, dan tetanus adalah 3 (tiga) jenis penyakit berbeda yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Ketiga penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini dapat memicu komplikasi serius dan bahkan kematian bila dibiarkan tanpa penanganan langsung oleh dokter. Oleh karena itu, pemerintah memasukkan imunisasi DPT sebagai salah satu imunisasi dasar lengkap yang wajib diperoleh oleh anak sebelum usia 1 tahun.

Mengenal Penyakit yang Dapat Dicegah oleh Imunisasi DPT

Difteri, pertusis, dan tetanus masuk ke dalam tubuh dengan cara yang berbeda. Seseorang bisa tertular difteri dan pertusis saat ia tidak sengaja menghirup atau terkena percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk dan bersin.

Sementara itu, bakteri tetanus dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit, seperti luka akibat tertusuk paku dan jarum atau luka karena gigitan hewan. Berikut ini adalah penjelasan lebih jauh seputar ketiga penyakit tersebut :

1.      Difteri

Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyakit ini menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan.

Meski tidak selalu menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh munculnya selaput atau lapisan tebal berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel penderita.

Bakteri penyebab difteri menghasilkan racun yang bisa merusak jaringan di hidung dan tenggorokan. Bahkan, racun ini juga bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh.

2.      Pertusis

Pertusis atau batuk rejan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, yang sangat mudah menular. Infeksi bakteri ini menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan.

Untuk melawan infeksi bakteri pertusis, tubuh memproduksi banyak lendir pada tenggorokan. Hal inilah yang menyebabkan penderita pertusis sering kali batuk disertai dahak.

Bila tidak ditangani, pertusis dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti pneumonia, mimisan, perdarahan otak, gangguan paru-paru, dan bahkan kematian.

3.      Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Clostridium tetani, bakteri yang banyak ditemukan pada tanah dan kotoran hewan. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit.

Saat masuk ke dalam tubuh, bakteri tetanus akan menyerang saraf yang mengendalikan otot. Hal ini menyebabkan penderita penyakit tetanus mengalami kaku atau kejang pada otot rahang, leher, dada, dan perut.

Tetanus yang tidak diobati dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, seperti gangguan pernapasan, pneumonia, dan kerusakan otak karena kekurangan pasokan oksigen. Bahkan, risiko terjadinya patah tulang bisa terjadi saat penderitanya mengalami kejang hebat. Pemberian imunisasi DPT dapat mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Meski terjangkit pun, anak yang sudah mendapat imunisasi DPT akan mengalami gejala yang lebih ringan daripada anak yang tidak diberikan imunisasi.

Pemberian Imunisasi DPT

Berdasarkan jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi DPT primer diberikan sebanyak 3 kali dan imunisasi DPT tambahan atau booster sebanyak 2 kali.

Berikut ini adalah dosis dan jadwal pemberian imunisasi DPT pada anak :

1.      Dosis 1-3 diberikan ketika anak berusia 2, 3, dan 4 bulan atau 2, 4, dan 6 bulan dengan dosis sebanyak 0,5 ml setiap pemberian.

2.      Dosis keempat atau booster pertama diberikan sebanyak 0,5 ml ketika anak berusia 18 bulan.

3.      Dosis kelima atau booster kedua sebanyak 0,5 ml diberikan saat anak berusia 5-7 tahun.

4.      Dosis booster selanjutnya dapat diberikan pada anak saat ia berusia 10-18 tahun. Booster vaksin tetanus dan difteri juga dapat diberikan lagi setiap 10 tahun sekali.

Jika anak sedang sakit, pemberian imunisasi DPT dapat ditunda hingga kondisinya membaik.

Anak perlu mendapatkan seluruh dosis imunisasi DPT yang sudah ditentukan. Jika Anda tidak sengaja melewatkan salah satu dosis imunisasi, segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk menerima dosis yang terlewat atau mendapati imunisasi kejar.

Efek Samping Imunisasi DPT

Semua jenis imunisasi memang dapat menyebabkan efek samping, termasuk imunisasi DPT. Namun, efek samping ini biasanya ringan dan tidak membahayakan, seperti bengkak dan rasa sakit pada area suntik, demam ringan, serta penurunan nafsu makan.

Untuk meredakan rasa sakit pada area suntik, Anda dapat mengompres area tersebut dengan kain basah. Anda juga bisa memberikan obat penurun panas jika anak mengalami demam setelah menjalani imunisasi.

Selain itu, hindari memakaikan pakaian atau selimut yang terlalu tebal pada anak setelah imunisasi, karena hal ini justru dapat memerangkap panas di dalam tubuh dan membuat demam tidak kunjung turun.

Pada kasus yang sangat jarang terjadi, imunisasi DPT dapat menimbulkan reaksi alergi berat pada anak, mulai dari demam tinggi, pembengkakan pada wajah atau tenggorokan, kejang, hingga penurunan kesadaran.

Jika anak mengalami efek samping yang tidak kunjung reda atau reaksi alergi  setelah imunisasi DPT, segera bawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

 

Referensi :

Yoan Marini. 2020. Konseling pada Ibu tentang Imunisasi DPT. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan Stikes Mitra Adiguna Palembang.

Tosepu, et al. 2018. The Outbreak of Diphtheria in IndonesiaThe Pan African Medical Journal, doi : 10.11604/pamj.2018.31.249.16629.

Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Vaccines and Immunizations. Possible Side Effects from Vaccines.

Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Vaccines and Preventable Diseases. Types and Composition of Diphtheria, Tetanus, and Pertussis Vaccines.

Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Vaccine Information Statements (VISs). DTaP (Diphtheria, Tetanus, and Pertussis) Vaccine : What You Need to Know.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2021. Jadwal Imunisasi IDAI 2020.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap, Ini Rinciannya.

Victoria State Government Australia. 2018. Betterhealth Channel. Immunisation – Side Effects.

Exit mobile version